Dell Coupon Codes
archives
recently
affiliates Achie Adek Agrit Ajenk Akbar Akhmad Kadalism Alan Budianto Ali Syari'ati Amaterasu Andrei-Travellous Anggi Defrianggi Anugrah Aphied Aprie Ardianzzz Asri Astrid Ayu Ayu Ambarsari BajayUHUY!! Bayu Chriesna Bani "BBoy Kodoy" Benazio R.P Bima Blue Dragon Boim Lebon Bubble Gum Budiernanto Candy Cha Chy CumiCungkring Cyber Cafe Danie Deazy Dede Delly Ramadon DhimasKeren Diana Bochiel Don Danang Dundhee Dy Elia Bintang Enno Eucalyptus Fardil Fathynd Feriyanto Fragaria Gratcia Hakimtea Hitam-Putih Ica Ijal Inda Ing Inne Destiana Ipied Justice Seeker KaJe Karin Ketrin Kikii Lala Maudi Mellovegood Mica Mike Muhammad Anis Al-Hilmi Nana Nandinie Natan Nez nrL Nicky Nickz Nurind Paams Panah Hujan Patung Pancoran Phiee Pineapple Poo Pressy L Putlie PutPut99 Raditya Dika Rhein Ricky Permadi Rizky Sarah Septian Valdo Rosalino Siska Smaragdina Supir Bemo Tammi The Armstrong ThinkPokari Tyo-Gaptek ucii AUTISH Uud Wempi Yoga Permana Kusumah Zaza Zeta |
profile
Teuku Zulfikar Amin Seorang mahasiswa lucu dan wishlist Rajin Menulis tagboard
credits
Layout: lyricaltragedyPattern: tillyness |
Sabtu, 28 April 2012
Transformasi Menuju Kesempurnaan
Gue adalah salah satu makhluk di muka bumi ini yang mengalami
perputaran roda kehidupan. Adil memang, suatu saat gue ada di bawah,
terinjak-injak secara nista, dan di saat yang lainnya gue ada di atas, berada
di puncak segalanya dan melihat yang lainnya seakan begitu menderita.
Sebenarnya dalam konteks apakah roda kehidupan ini?
Percintaan? Ah bukan. Yang satu itu nampaknya baik-baik
saja. Baik gimana ya, aaaaa gimana yaa, hmmm, baik ga ya? Baik apa ga ada? Eeeeeeee.
Ah sudahlah, yang jelas bukan itu yang mau gue bahas.
Ekonomi? Bukan juga. Dompet gue selalu tebal, paling tidak
kepemilikan akan 2KTP, 2SIM, 2KTM, 2ATM, 5 Kartu lainnya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, dan 1 Kartu GameMaster yang udah ga ada isinya, ditambah
juga beberapa uang receh yang sengaja ga dikeluarin, ikut membantu membentuk
ketebalan yang nyaman dirasa pantat.
Tahta? Yang ini juga bukan. Gue sejauh ini belum jadi maniak
tahta yang rela mengorbankan segalanya bahkan menempuh cara-cara rahasia namun
sakti mandraguna hanya untuk mencapai suatu kedudukan semu. *opo toh ini*
To the point aja lah ya, gue mau ngebahas tentang state gizi
gue yang bagaikan roda kehidupan.
Semuanya dimulai ketika gue lahir dimuka bumi dan melakukan
penimbangan gizi yang pertama kalinya di posyandu. Gue yang setiap kali berkaca
merasa memiliki badan nan ideal, dengan proporsi tubuh indah nan sedap
dipandang mata, ternyata divonis gizi buruk.
Coba lihat gue zaman dahulu kala,
Mana mungkin gizi buruk kan. Namun kenyataannya itulah yang tercatat dikartu gizi gue.
Paniklah sang ibunda. Mamah-yang-tercinta pun dengan segala
genap usaha dan penuh doa memasukkan berbagai macam suplemen nutrisi pada setiap
kesempatan yang tersedia.
Dan ketika gue terbangun dari tidur pada usia 15 tahun, sang
nutrisi mulai menunjukkan batang hidungnya, badan ini sedikit demi sedikit
membengkak. Tetep lucu sih memang keliatannya, tapi berat aja mau kemana-mana
Tetapi balik lagi ke pernyataan gue yang awal, dunia ini
bagaikan roda kehidupan kadang tertindas dibawah, kadang berjaya di puncak. Dan
jika menggunakan perhitungan matematis sederhana, sebenernya ada hitungan yang
melibatkan integral lipat 3 dan derivatif berkesinambungan, namun ga layak
rasanya kalau ditampilin disini, hidup gue akan kembali disinari sinar matahari
nan cerah.
Gue gizi buruk 12 tahun.
Gue berlebihan daging dimana-mana udah 7 tahun.
Hidup = Adil !
Berarti 5 tahun lagi kawan, 5 tahun lagi gue akan
bertransformasi menjadi ijul yang sempurna.
5 tahun lagi!!
Senin, 24 Mei 2010
Cepet sembuh Mbah Hari ini saya pulang ke Cirebon. Setelah sekian lama berkutat di bandung, mengurusi segala macam hal mulai dari perkuliahan hingga organisasi, dan kali ini akhirnya saya pulang. Pulang melintasi 150km jarak yang terbentang antara kedua kota, karena satu alasan yang selama ini sedikit terpinggirkan, keluarga.
"Zul, mbah sakit." Berita itu terbaca di inbox hape saya beberapa hari yang lalu, asalnya dari Oom saya di Cirebon sana. Awalnya saya biasa saja. Mbah, panggilan akrab saya buat sang nenek, memang sudah sakit-sakitan beberapa tahun ini. Batuk sepanjang hari sudahlah jadi hal yang biasa. "Sakit apa Oom?" "Ga tau. Tapi sekarang dirawat di ICU." Bergetar langsung hati saya. Dan beberapa saat kemudian hape saya bergetar kembali. Kali ini dari mamah. "Zul, mbah sakit. Tidak sadar-sadar. Zul pulang ya ke Cirebon, nengokin Mbah?" Kali ini saya langsung panik. Saya langsung balas sms ini ke oom dan ke mamah saya. "Mbah, Ga sadar-sadar? Ga sadar-sadar gimana emang?" Dan Om saya langsung membalas. Singkat sekali. "Kata dokter, setengah koma." Sedih hati saya langsung. Saya langsung bertanya ke mamah, bertanya, apakah mamah ikut pulang juga. Mamah sudah beberapa bulan belakangan ini pindah ke medan, untuk alasan yang sampe sekarang masih belum saya pahami. Dan dijawab oleh sebuah deringan di hape saya. Telepon dari mamah. Singkat cerita, mamah ga bisa pulang ke Cirebon. Terlalu berat segala-galanya. Dan mamah amat berharap saya yang pulang. Dan keinginan untuk pulang itu mendesak begitu hebat di akhir percakapan. ".... percakapan terakhir mamah sama mbah tuh pas sebelum mbah masuk ICU, lewat telepon, mbah bilang solatnya udah ga teratur, ngajinya juga udah ga teratur. Terus mamah bilang ke mbah, udah mbah tenang aja. Udah diwakilin sama mamah. Ni juga lagi ngaji mbah. Terus mbahnya kedengeran ketawa di seberang telepon terus bilang alhamdulillah, sambil masih ketawa." Mamah bercerita di telepon saat itu. Dan air mata ini ga bisa terbendung lagi. Pedih rasanya mata saya. Langsung saya teringat masa kecil saya dulu yang selalu ngerepotin beliau. Teringat saat-saat dimana saya ngebandel dan ga nurutin nasehat beliau. Teringat akan wajah beliau yang begitu bahagia begitu melihat saya pulang semenjak saya merantau ke bandung. Dan sekarang saya lagi berduaan sama Mbah. Hanya bisa mengajaknya bicara tanpa ada balasan kata-kata. Cepet sembuh Mbah. Supaya kita bisa ngobrol-ngobrol lagi kaya dulu. |